TEGANGAN ANTARA BENTUK DAN ISI - Telaah Karya Sastra
8/30/2007 12:21:00 PM | Labels: illumination | 2 Comments
Aku dan Tengah Malam (2)
ini waktu yang sempurna
memaksa mata mencari cahaya
seandainya bisa melihat dunia lagi
geliat tubuh yang menang melawan dingin malam
menggerak jiwa untuk duduk sejenak
menyadari masih ada kehidupan di raga ini
ini waktu yang sempurna
kukatakan padamu sekali lagi
sentuhan air sejuk di permukaan kulit suci
membasuh titik-titik lapang untuk disucikan
tiga kali dan tiga kali
ini adalah waktu yang sempurna
katakan pada jiwaku yang berdebu ingin bersih
sedang ada lubang feronom dalam sukma yang menganga
memohon ditutup dengan ladang hijau firdaus
katakan pada Tuhan jika denting malam sunyi ini
ialah waktu yang tepat untuk bercengkerama
waktu yang sempurna, aku sedang curhat dengan Tuhan
8/28/2007 12:44:00 PM | Labels: shakespeare wanna be | 0 Comments
kena sindrom
rrrhhggghhh...kenapa hari ini kena sindrom I hate monday lagi ?!
padahal minggu lalu abis gajian...
padahal ada lagu rap dari tapedeck Sony di ruangan ini...
padahal ada instrumen Kenny G dari speaker ruangan ini...
padahal ada teman-teman dengan joke lacurnya di ruangan ini...
rasanya mual
seperti mau muntah saja
8/27/2007 07:46:00 PM | Labels: innocent me | 0 Comments
Aku dan Tengah Malam
ini waktu yang sempurna
bulan meninggi dan kelamnya biru
tak sehitam tirai temaram jam yang lalu
mendadak sepi jadi pasar malam
meriuh riweh dalam sunyi
berlaksa benak di semburat remang
ini waktu yang sempurna
kukatakan padamu
waktu antara bayang lenyap dalam hitungan menit
dan gelisah malam kawin dengan remuk membisu dini hari
ini waktu yang sempurna
untuk mendengar celoteh-celoteh bisu di kota kesunyian
sapa dan dakwa memilah rasa di balai-balai sanubari
menyusur dinding-dinding yang kabur di terang hari
mengenali wajah anak-anak sendiri
mengantri membacakan isi hati di bawah selimut aksara
ini adalah waktu yang sempurna
dimana hanya impian yang luncurkan makna
dan aku bebas berkelana di pesisir kuantum awan-awan
waktu sempurna bumi dan aku berdenting resonan
8/27/2007 05:34:00 PM | Labels: shakespeare wanna be | 2 Comments
Buku Sang Profesor
profesional, akademisi, politisi dan siapapun
yang ingin sukses dalam berorganisasi dan berkarier
8/20/2007 10:32:00 AM | Labels: people around me | 6 Comments
Huahahahaha
Kemarin sore waktu pulang dari kantor, ada pemandangan 'lucu' di depan rumah saya. Ada umbul-umbulnya ! hihihi...ini rumahku atau kantor kelurahan nih. Lucu aja gitu, soalnya sepanjang jalan Bunga Kamboja cuman atu-atunya rumah yang pake umbul-umbul. Ntar dikirain semangat nasionalisme penghuni rumah ini tinggi banget niy : D.
Sempat berburuk sangka juga sama Bapak (hehe, sorry Dad). Nih pasti idenya Bapak niy hihihi : D. Ternyata waktu nanyain orang di rumah, pasang umbul-umbul tuh idenya mama...hehehe
Ah, ada-ada aja. Ga pa-pa, biar ajah : D
8/15/2007 10:05:00 AM | Labels: nonsense | 2 Comments
Dilema Ningsih
Sudah dua kali Ningsih pergi dengan alasan ingin pulang kampung dan mencoba peruntungan di kota Makassar. Tapi tetap saja kembali ke rumah kami. Kangen, katanya.
Minggu lalu saya dikejutkan dengan pernyataannya. “Saya sudah menikah”, kata Ningsih. Dengan tenang saja saya menanggapinya. Hanya naluri kamilah sesama wanita yang membuat dia mau menceritakan semuanya.
Adalah seorang pria berusia 25 tahun asal Flores yang menikahinya awal tahun ini (dia pun lupa tepatnya bulan berapa, saat dia mencoba survive di kota Makassar). Berceritalah dia dengan semua awal dan akhir pernikahannya. Dengan alasan perbedaan keyakinan, dia tidak ingin mengikuti keyakinan pria non muslim itu, berakhirlah pernikahannya yang hanya berusia 1 bulan. Tragis.
Ningsih hanyalah satu dari ningsih-ningsih lain yang ada di sekitar kita. Dia tidak pernah menginginkan untuk menjalani hidup seperti itu. Baiklah, kita anggap saja itu takdirnya.
Saya lalu memposisikan diri saya terhadap dia. Sekedar untuk melatih kepekaan saja. Ternyata tidak selamanya paradigma ‘Hidup adalah pilihan’ itu benar. Kalau saya adalah Ningsih, apakan saya bisa memilih menjadi Agnes Monica saja? Atau kalau saya adalah seorang pengemis, apakah saya bisa memilih untuk menjadi seorang konglomerat saja? Saya menyebutnya itu sebagai omong kosong yang rasional.
Marilah bermain logika matematis. Jika Ningsih berada di titik (0,0) dan Agnes Monica berada di titik (0,100), berapa waktu yang dibutuhkan Ningsih untuk mencapai titik (100,0) sehingga dia bisa tegak lurus dengan Agnes Monica? Probabilitas yang semu. Ningsih akan stagnan di titiknya.
Ada sesuatu yang selalu menjadi dominasi pemikian saya selama ini. Katakanlah lagi-lagi ini mengenai sebuah ‘takdir’. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang hebat dengan kekuatan dan usaha yang maksimal, akan tetapi takdir tidak berpihak kepada kita. Di sisi lain, takdir lebih dulu mendatangi kita tanpa kita inginkan kehadirannya.
Ningsih mungkin tidak akan berpikir seperti saya. Yang berpikir mengapa dia ditakdirkan menjalani 1 bulan saja pernikahannya, atau berpikir mengapa jalan hidupnya harus seperti itu. Buat dia, hari-hari bersama seorang sopir mobil barang saat ini jauh lebih indah daripada memikirkan pilihan-pilihan hidup.
8/14/2007 12:24:00 PM | Labels: people around me | 5 Comments
MeNyepi di Bali
Tibalah hari Nyepi. Resepsionis hotel sudah mewanti-wanti penghuni hotel tidak membuat keributan. Lampu di kamar hotel boleh dinyalakan, tapi tidak suara tape atau TV. Untuk hal yang satu ini, ternyata orang bule sangat toleransi. Semua memilih menghabiskan waktu di hotel saja. Ada yang menghabiskan waktu ngobrol di lobby, berenang, atau cuma tidur-tiduran di pinggir kolam renang. Saya tidur-tiduran saja di kamar.
Malam harinya adalah puncak hari Nyepi. Di lobby dan halaman hotel cuma diterangi dengan lilin-lilin, sedangkan lampu di kamar-kamar hotel boleh dinyalakan. Senyap. Saya cuma mendengar suara air dari kolam renang. Sesekali tawa canda bule-bule yang menghabiskan malam di kolam renang hotel. Untung saja malam sebelumnya saya sudah menyiapkan banyak makanan dan cemilan.
Resepsionis hotelnya berbagi cerita tentang keadaan di luar (di jalan dan di rumah-rumah) saat hari Nyepi. Jangan coba-coba keluar pada siang hari kalo ngga mau kena denda. Dendanya juga ngga main-main jumlahnya. Bisa sampai ratusan ribu. Bahkan pernah ada warga asing yang kena denda 5 juta rupiah karena bermotor di jalan saat hari Nyepi. Yang bertugas menjaga dan memberi denda disebut ‘pecalang’, yang terdiri dari orang-orang non hindu termasuk orang muslim. Betapa indahnya bertoleransi.
Esok harinya semua aktifitas kembali normal. Toko-toko dan hotel-hotel tidak tampak senyap lagi, dan turis-turis pun kembali melenggang di jalan. Saya pun bersiap-siap mengunjungi obyek-obyek wisatanya. Ah, akhirnya bisa juga saya melewati hari Nyepi di Bali ini. Terbayang saya akan kembali bersama sang suami, untuk me’nyepi’ dan berbulan madu…
8/10/2007 04:05:00 PM | Labels: journey | 5 Comments
KuldesaK (kulakukan karena terdesak)
tadi malam kepala saya kena kram otak
otak kecil seperti terkotak-kotak
otak besar seperti mau meledak
ternyata pikiran saya cuma lagi stuck
pergi ke kantor saya masih mengantuk
sementara yang lain sudah krasak-krusuk
dua orang pura-pura sibuk
oh, ada juga yang tidak masuk
pukul dua belas sudah waktu istirahat
inilah waktu tubuh harus berehat
lapar di perut sudah mendarat
banyak makan supaya tetap sehat
sore hari di kursi saya hampir jatuh terpelanting
ketika bersama teman-teman lagi chatting
pukul lima jarum jam sudah berdenting
sepertinya saya harus pulang sebelum terbanting
08.08.2007
8/09/2007 08:15:00 AM | Labels: shakespeare wanna be | 5 Comments
laki-laki penghayal
Kemana akan kita habiskan waktu, Sayang ?
Bagaimana kalau kita habiskan waktu menunggu sunset di pantai Dreamland Uluwatu ?
Atau……
Bagaimana kalau kita habiskan waktu mendayung kayak di Danau Adirondack ?
Atau……
Bagaimana kalau kita habiskan waktu menyeruput pinacolada di pulau Oahu Hawaii ?
Atau……
Ah, sudah ! Kamu tidak punya cukup uang untuk itu
Bagaimana kalau kita habiskan saja waktu bersama di kamar ini
Ya, di kamar ini
Hanya saya dan kamu
07.08.2007
8/08/2007 12:14:00 PM | Labels: shakespeare wanna be | 2 Comments
Perempuan Jaim
Masih berfantasi dengan Josh Hartnett (hoeks…), datanglah 2 orang cewek. Not bad, manis-manis juga. Sepertinya seusia saya atau mungkin lebih muda (hiks…), memilih duduk di meja sebelah saya.
Sebenarnya saya ngga perduli dengan kedatangan mereka, toh saya ngga kenal juga. Tapi yang tiba-tiba menggugah perhatian adalah karena mereka men’jaim’kan diri. Hari gini?? Jaim??? Duh…, ngapain sih jaim…lha wong mo makan kok jaim ??? Ya Allah …tolong! (mpok Atiek mode on). Biasa aja napa…
Seperti inilah jaimnya cewek-cewek manis itu ; duduknya manis, bak ‘your highness’ Queen Elizabeth II, ngomongnya diatur (plus logat okotnya), senyuman di bibir ngga lebih dari 1 cm ke kiri dan 1 cm ke kanan. Model??? Hmm...ngga juga… secara body masih lebih bagus disini hehehe.
Ah whatever, siapapun kamu saya ngga perduli! Lha wong saya kesini mau makan kok. Dan saya juga ngga mau menambah dosa dengan menghujat orang : D. Cuma yang membuat saya berpikir adalah…Jaim ??? Hah! Itu bukan saya!
Buat saya, Jaim itu bisa mematikan kreatifitas. Saya jadi ingat teman cewek di kantor, kalo lagi jaim udah deh, weleh weleh…kalo diajak ngomong itu lho, ngga konsen dia! Ditanyain ini, jawabnya itu. Bikin sebel ah.
Disaat orang membutuhkan kenyamanan untuk melakukan aktifitas apapun, jaim tuh ngga ada gunanya. Bahkan untuk acara formal pun orang tuh seharusnya ngga perlu jaim. Bersikap yang wajar. Cuma itu aja kok.
Manusia memang ngga ada yang sempurna. Tapi bukan berarti kita harus jaim untuk menjadikan diri seakan-akan ‘sempurna’. Benar saja apa yang saya pikirkan waktu itu, tidak ada hal yang paling membahagiakan di dunia ini selain bisa menjadi diri sendiri.
8/01/2007 11:54:00 AM | Labels: people around me | 5 Comments