Yang tertinggal

Bapak bilang sejak kecil saya ini ‘beda’ dengan sodara-sodara saya yang lain. Keras kepala, cuek, gak mau diatur dan harus diturutin maunya. Dan itu saya akui. Seingat saya, seumur hidup cuma sekali keinginan Bapak yang saya turuti. Bapak bilang, saya boleh kuliah di Jogja asal saya ngambil jurusan Arsitektur. Dan saya turuti, cuma sekali itu.
Tapi kemudian saya gak konsisten. Saya kerja di bidang yang sama sekali gak ada hubungannya dengan background pendidikan saya. Bapak kecewa? Sepertinya begitu. Tapi waktu itu saya gak perduli. Karena 4 tahun yang lalu SK untuk jadi honorer PNS di Bagian Tata Kota Kabupaten Buton bersamaan dengan diterimanya saya di Bank Sentral negeri kita ini. Saya memilih bekerja di Bank. Dunia yang sama sekali gak pernah saya tau sebelumnya.
Waktu terus berputar. Saya semakin asyik dengan pekerjaan saya. Sampai ketika saya disadarkan, kalau saya sudah semakin ‘asing’ di dalam keluarga besar. Saya semakin gak punya waktu untuk bergaul, sisa waktu yang ada hanya saya pakai untuk memuaskan keegoisan saya. Bapak pernah mengingatkan, kerja di Bank itu dijajah waktu, dijajah pekerjaan. “Wanita itu lebih baik kerjanya gak usah yang berat. Jadi PNS itu bukan hal yang rendah, nak. Dan lebih bagus kalau kamu kerjanya sesuai dengan disiplin ilmu, biar ilmunya gak dibuang percuma. Walaupun gaji PNS itu gak sebanyak di Bank, tapi kamu nanti akan dapat manfaatnya. Kelak kamu akan rasakan kalau sudah berumah tangga”, kata Bapak yang semakin terlihat uzur. “Lagian kesempatan kamu untuk sekolah lagi kan lebih besar”. Bapak benar.
Akhirnya waktu menjawab. Saya bosan dengan pekerjaan saya sekarang. Selama ini saya ikhlas bekerja, tapi tetap saja ada yang ‘tertinggal’ di dalam hati saya. Pekerjaan yang selama ini bisa ‘memuaskan nafsu’ dengan gaji yang lumayan besar, tiba-tiba saja membuat saya muak. Ada sesuatu yang bikin saya kangen dengan dunia Arsitektur itu. Saya kangen sketsa, saya kangen menggambar lagi. Jujur saja, selama kerja di Bank pun, saya masih suka beli majalah-majalah desain rumah dan buku apapun yang berbau Arsitektur.
Dan 3 minggu yang lalu, saya luluh. Kali ini saya kembali menuruti Bapak. Bukan hanya karena ingin menyenangkan beliau, tapi memang banyak hal yang telah saya pertimbangkan. “Siapkan saja semua berkas-berkas kamu. Insya Allah bulan Juli ada penerimaan CPNS”, kata Bapak. Saya yakin, ada masa depan yang lebih baik di luar sana.

4 comments:

Anonymous said...

semua ga bisa dinilai dengan materi ya? that happen to me also;(

Diah Alsa said...

Amin... smoga keinginan dan harapan Bapak kali ini trkabulkan kembali yaa kak..;)

Anonymous said...

You better consider that, try. And I don't agree to the notion that being a government officer won't give you enough money. It in fact could be more than what you have got insofar you know. Consider that....undo

try said...

>ano : yeah, kalo udah kek gini emang materi gak ada apa2nya
>diah : Amin...
>op : thanks opi..