Festival Perairan Pulau Makassar

Masih dalam rangkaian jalan-jalan saya ke pulau Buton, saya ikut menyaksikan Festival Perairan Pulau Makassar pada tanggal 19-20 Juli. Konon kenapa namanya pulau Makassar, karena di perairan itu pernah terjadi peperangan antar Kerajaan Gowa dan Kerajaan Buton. Dan banyak prajurit Gowa (Makassar) yang mati di laut itu. Pulau Makassar berada diseberang kota Bau-bau, ± 2,5 km melintasi laut. Wuih, asyik loh kalo nyebrang naik kapal kecil (katinting). Karang-karang lautnya masih keliatan. Biru dan jernih.
Di mana-mana udah dipasang spanduk-spanduk untuk ikut memeriahkan Festival Perairan Pulau Makassar ini. Sepertinya Pemkot Bau-bau benar-benar mempersiapkan Festival ini dengan matang.

Jam 8 pagi saya udah keluar rumah menuju tempat finish lomba renang di pantai Kokalukuna, ± 8 km dari kota Bau-bau. Pantai yang menjadi muara sungai ini sudah dipadati masyarakat Bau-bau yang ingin menyaksikan lomba renang tradisional. Oh iya, selain lomba renang tradisonal, ada juga lomba perahu naga dan lomba sampan tradisional. Disediakan juga jet ski, flying fish, banana boat dan snorkel yang boleh digunakan siapa saja. Gratis.
Lomba renang tradisional diikuti 200 peserta. Gak hanya orang-orang dari kota Bau-bau yang ikut. Peserta dari Kendari juga ada. Jarak yang ditempuh renang tradisonal ini sepanjang 2,3 km. Hueks, jauh banget. Saya gak mampu deh. Udah gitu harus melintasi arus laut yang lumayan kencang. Makanya sebelum mengikuti lomba ini, peserta harus ikut tes kesehatan dulu. Kalo peserta ada yang udah gak mampu di tengah lintasan, harus mengangkat tangan supaya segera diberi pelampung.
Pemenang lomba renang ini untuk putra dan putri adalah peserta dari kota Kendari. Usianya masih muda loh. Yang putra berusia 15 tahun, yang putri berusia 11 tahun. Wah, kalah deh heheh...oh ya, ada juga satu bule yang ikut, dia menang diurutan 27. Peserta termuda laki-laki berusia 9 tahun. Ih, masih imut. Kasian loh, abis renang langsung dikompres pake air hangat. Soalnya dia udah gemetaran kedinginan. Tapi anak kecil ini hebat, bisa berada diurutan 16.

Dari pantai Kokalukuna saya menuju ke bukit Kolema, tempat finish lomba sampan tradisional dan lomba perahu naga. Kita hanya bisa nonton dari bukitnya, soalnya di bawah jurang bo. Syukurlah Pemkot setempat udah mempersiapkan Festival ini dengan baik. Jadi di bukit ini dibuat pelataran yang berundak-undak. Bagus banget. Kita bisa melihat pelabuhan laut dan kota Bau-bau.
Btw nih, ada yang menarik yang saya rasa selama lomba-lomba dan kegiatan yang melibatkan laut dan laut ini. Selama lomba dan kegiatan dari pagi sampai sore, cuaca nampaknya sangat bersahabat. Langit masih biru, awan berwarna abu-abu tapi gak hujan bahkan gerimis pun gak ada, angin bertiup, dan gak ada matahari terik di siang hari. Bener-bener enjoy dan gak kepanasan deh. Apa pawang cuacanya yang berhasil ya?
Saya balik ke rumah jam 11 teng. Istirahat selama 2,5 jam, trus saya bareng teman-teman nyebrang ke Pulau Makassar. Niatnya mo naik katinting saja, tapi waktu kita nyampe, yang ada hanya speedboat kecil. Cuma bayar 5000 perak (daripada berenang), kita udah nyampe di Pantai Lakorapu dalam waktu 10 menit.

Sayangnya acara makan ikan bakar gratis udah selesai. Ehm, tapi karena saya punya teman dan keluarga yang jadi panitia, saya dapat makanan ini nih. Ini makanan tradisionalnya. Dari jagung dan kacang merah. Kalo gak salah namanya kapusu (?). Kalo yang teri itu namanya kahuleo. Ikan terinya itu dimasak dengan cara diasapkan. Biasanya dijual di pasar dalam keadaan udah diasapkan. Jadi tinggal ditumis atau dimasak santan saja. Enak, saya suka ikan teri ini. Tadinya piring saya penuh loh *rakus mode on :D, udah makan separuh baru ingat kalo harus difoto. Sluurp, dapat ikan bakar juga.

Di pantai udah disediakan jet ski, boat dan flying fishnya, banana boat dan alat snorkel. Sayang banget saya gak bisa ikut bersnorkel dan berdiving ria. Ada sih alatnya, tapi celingak-celinguk gak ada si empunya *mo minjem maksudnya. Ternyata waktu liat di tengah laut ada 3 biji kepala di permukaan laut. Pasti itu para diver. Hih, takut ah kalo turun ke laut sendirian. Peraturan pertama kalo diving : minimal harus 3 orang atau lebih kalo mo nyelam. Ya udah, saya akhirnya gabung sama anak-anak (orang) berbanana boat. Itung-itung mengobati masa kecil yang kurang bahagia di laut Hahah… :))

Ugh, saya ngeces waktu liat jet ski dan flying fishnya. Tapi dasar Indonesia, di mana-mana nepotisme tetap aja ada. Yang naik malah si bos-bos berperut gendut, istri dan anak-anaknya. Huh, tunggu aja nanti, kalo saya udah jadi Wali Kota, saya akan beli 10 biji jet ski…tapi dari kayu Heheh… ;))

Ow iya, ada pak Yusril Ihza Mahendra loh. Saya gak mau salaman, ntar dia jatuh cinta sama saya lagi. Gak mau dipoligami ah Hihihih…;)) Cameranya keren bo! Kapan ya bisa punya kek gitu *ngarep mode on.

Akhirnya jam 5 sore kita kembali ke kota Bau-bau. Cuapek. Tapi jalan-jalan dan menikmati event ini bikin saya senang. Puas deh. Dengar-dengar sih Festival ini bakal diadakan setiap tahun. Kamu mau ikut saya tahun depan? ;)

A journey to Buton Island

Pernah dengar pulau Buton, kan? Yang kaya dengan hasil tambang aspalnya. Kalo gak tau berarti Geografi kamu payah huhuh...;)). Baiklah, ini cerita singkat tentang pulau Buton.

Pulau Buton, yang ibu kotanya bernama Bau-bau, adalah salah satu dari 12 kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini jaraknya gak tau berapa kilometer dari ibu kota provinsi, tapi ditempuh 4 jam dengan kapal laut cepat (speed boat) dari kota Kendari. Sepanjang perjalanan laut ada banyak pemandangan indah dari pegunungan landai, karang-karang, pantai pasir putih tanpa penghuni, bahkan rumah-rumah panggung nelayan yang membentuk komunitas pemukiman di sepanjang pesisir pantai. Bagus banget. Dijamin gak akan mabok laut. Apalagi kapalnya bagus.

Kalo menurut saya nih ya, pulau Buton ini lebih bagus daripada ibu kota provinsinya sendiri *dikejar-kejar pake kapak sama orang Kendari :D. Karena dikelilingi laut dan pulau-pulau kecil yang indah. Apakah ini pernyataan sepihak karena sebagian darah saya berasal dari sini? Heheh...:-j. Kalo liat di peta, laut di pulau ini kan berhubungan langsung dengan Laut Banda. Lautnya biru dan dalam. It's trully deep blue sea deh. Gak ada pake kerok-kerokan untuk memperdalam lautnya. Di kotanya yang bernama Bau-bau, tata kotanya cukup bagus. Rumah-rumah juga gak ada yang padat amat. Jalannya sih emang kecil-kecil, tapi semua tertata rapi. Yang bikin tambah ok, terdapat public space yang letaknya di pinggir laut. Dinamakan Pantai Kamali. Sore hari, tempat itu dijadikan orang-orang untuk sekedar nongkrong, jogging, tempat main anak-anak, dan banyak jualannya juga. Kalo malam, gak jauh dari public space itu ada tempat jajan makanan. Banyak macam makanannya, dari ubi dan pisang goreng sampai ikan bakar dan seafood. Gak heran kalo malam hari lebih banyak orang yang keluar rumah daripada di siang hari. Selain udaranya yang panas, jalan-jalan di waktu malam memang lebih asyik disini. Gak jauh dari situ, masih dipusat kota, ada pelabuhan kapal Pelni, kapal barang dan kontainer.

Tentang budayanya, Buton itu punya Keraton. Jadi jaman dulu pake raja-rajaan juga. Pada awalnya berbentuk Kerajaan, kemudian berubah menjadi Kesultanan. Sultan pertamanya bergelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Hamis. Seperti umumnya, raja-raja itu tinggal di dalam sebuah Keraton. Gak seperti Keraton Jogja atau Solo yang lebih menonjolkan Keratonnya sebagai tempat tinggal Sultan, di Keraton Buton ini lebih menonjolkan Benteng yang mengelilingi Keraton Sultan dan keluarganya. Terletak 3 km dari kota Bau-bau, benteng ini dibangun pada tahun 1500an dan selesai pada tahun 1642. Benteng dengan luas keliling ± 2 hektar ini tersusun dari pecahan batu karang dengan campuran batu kapur, dan saat ini menjadi benteng terluas di dunia. Pernah ada isu kalo yang membuat benteng ini bertahan adalah karena ada campuran putih telurnya. Hahahah...:)) Berapa telur yang habis dipakai ya? Ayam-ayam juga pada mati seperti kerja rodi karena dipaksa bertelur.

Semua rumah-rumah di lingkungan Keraton ini adalah rumah panggung. Di dalam Keraton terdapat Masjid yang dibangun pada tahun 1712 dan tiang menara Masjid yang masih berdiri kokoh sampai saat ini. Di Masjid ini terdapat 12 buah jendela yang menggambarkan 12 lubang pada manusia. Begitu juga dengan benteng Keraton, terdapat 12 pintu gerbang diberbagai penjuru bentengnya.

Yang ini adalah Rumah Adat Buton. Tempat tinggal Sultan jaman dulu. Rumah adat ini menjadi bahan penelitian saya waktu menyusun skripsi. Rumah adat ini gak pake paku loh. Semua bagian bangunannya disatukan dengan sambungan kayu dan pasak. Gak ada satu bagian pun yang memakai paku. Dan tetap kokoh sampai sekarang.

Kekayaan alamnya juga gak kalah mengagumkan. Daratan luas pulau ini masih diselimuti dengan hutan tropis yang hijau. Perpaduan yang sangat indah dengan lautan yang biru. Mengikuti leluhurnya, Afred R.Wallacea, sejak tahun 1996 banyak ilmuwan dan mahasiswa dari Inggris datang melakukan penelitan di Hutan Lambusango, terletak ± 63 km dari kota Bau-bau. Terdapat banyak spesies yang tidak ditemui di belahan dunia lain, seperti; Anoa, monyet Buton, Tarsius (kera kecil) dan katak pohon hijau Rhacophora. Penelitian di pulau ini merupakan bagian dari Ekspedisi Operation Wallacea. Selain di pulau Buton (Indonesia), penelitian yang sama dilakukan di Honduras, Peru, Afrika Selatan, Mesir dan Cuba.

Ingin mencari udara yang sejuk, saya mengunjungi Air terjun Bungi, terletak ± 7 km dari kota Bau-bau. Untuk menuju lokasi, kita harus melewati hutan yang sejuk. Jalan masuknya udah bagus. Beda dengan beberapa tahun yang lalu. Airnya sejuk buanget, dingin. Dasar bebatuan yang hijau menjadikan air ini juga menjadi hijau.

Satu lagi pantai yang baru terjamah di pulau ini. Namanya pantai Kokalukuna. Pasirnya putih kecoklatan. Pantai ini menjadi muara sungai-sungai yang ada di kota Bau-bau. Wah, saya baru liat loh. Ternyata muara itu seperti gitu ya. Air sungainya nyampur dengan air laut.
Jadi begitulah, mengagumi ciptaan Allah gak harus selalu mengagumi cowok cakep :D. Banyak cara, salah satunya adalah menyayangi alam di sekitar kita. Jangan buang sampah di laut, jangan ngebom ikan di laut, jangan ambil terumbu karang, lindungi binatang langka, stop illegal logging...:D. Agar semua bisa dirasakan oleh anak cucu kita ;;).