Ngangenin wae

Saya ke Jogja lagi minggu lalu. Walaupun cuman dua hari setelah dinas di wilayah timur Jawa. Kangen saja. Suasananya apalagi.

Waktu itu malam minggu. Malam yang panjang katanya. Pulang jam 10.30 malam setelah ngalor-ngidul bernostalgia dengan teman-teman kuliah dan makan pecel lele, saya pun balik ke hotel di Jalan Dagen. Tapi mata belum ngantuk. Ya sudah, saya ke warnet saja. Ada warnet di Jalan Dagen tapi waktu saya kesana kata operatornya sudah mau tutup. Saya sempat ngintip monitor komputer di mejanya, ada tulisan “Pendahuluan”. Oh, mungkin operatornya lagi nyusun skripsi.
Kata mas itu, ada warnet 24 jam di Jalan Pasar Kembang. Hihihhihi…dengar nama Jalan Pasar Kembang saya jadi geli. Kalo di Solo, Jalan Pasar Kembang itu memang bener-bener jualan aneka kembang untuk di pemakaman. Tapi kalo di Jogja, Jalan Pasar Kembang jualannya “kembang” lain. Ah, bodo amat. Saya mau ke warnet kok.
Naik becak saya udah nyampe di warnet Jalan Pasar Kembang (Sarkem) itu. Sebuah ruangan terbuka yang setiap usernya bisa saling memandang tanpa sekat. Tercium aroma asap rokok di dalam ruangan itu. Ternyata ini warnet bebas merokok. Fyyuuuhhh…kadang-kadang saya harus menutup dan mengibas-ngibas hidung saya dengan tangan. Apa hendak dikata, apa hak saya untuk mengklaim? Biarlah saya mengikuti aturan main di warnet ini saja.
Tawa cekikikan wanita genit di ujung ruangan itu terdengar. Baju dengan potongan terbuka, body semok, dan kulit coklat gelap mengkilap incaran para ekspatriat. Entah apa yang ditertawakan. Tapi syukurlah, dia tau main internet.
12.30 malam. Mata sudah ngantuk. Saatnya harus kembali ke hotel karena esok jam 8 pagi saya sudah harus ke bandara. Keluar dari warnet, di Jalan Sarkem masih ramai. Sambil melihat-lihat becak yang nganggur, dua orang pria iseng mencoba menggoda…”Mbak’e mo kemana…,”Mbak’e sendirian yah…”. Dyuuuhhh, jauh banget dari Christian Sugiono.
Yogyakarta Berhati Nyaman. Memang. Nyaman untuk pria-pria yang merayu wanita dengan seenaknya. Juga nyaman untuk siapa saja yang menikmati petualangan di Jogja tercinta. Melewati ruang parkir umum di Jalan Malioboro, sebuah layar besar segede bagong sedang menayangkan pertandingan bola menjadi tontonan orang-orang. Segerombol anak-anak muda bukan asli Jogja sedang berfoto di plang dan lampu-lampu Jalan Malioboro. Tenda-tenda lesehan memanjakan penikmat kuliner dengan pecel lele dan tempe penyet. Terdengar Free your mind-nya Maliq & D’Essential dari sebuah mobil yang melintas, ini suguhan suasana yang selalu bikin saya kangen.